Kisah Inspiratif - Ahmad Faury, Keterbatasan Fisik Tidak Menghalangi Untuk Menjadi Dosen

Kisah Inspiratif - Ahmad Faury, Keterbatasan Fisik Tidak Menghalangi Untuk Menjadi Dosen

Memiliki ketidaksempurnaan fisik merupakan hal yang sangat berat untuk menjalani hidup. Ketidaknyamanan dalam setiap kondisi membuat hal ini menyulitkan, dan membuat segala seseuatu yang akan dilakukan terasa sulit.

Kondisi dengan fisik yang tidak sempurna tentu sangat cenderung menghilangkan motivasi hidup apa lagi kondisi ini dialami oleh orang dengan kondisi keluarga yang kurang mapan. Kondisi ini sendiri di alami oleh seseorang yang bernama Ahmad Faury, dengan keluarga yang berprofesi sebagai nelayan yang harus mengalami hal sulit seperti ini. Dengan kondisi yang sulit ini namun tidak mengurangi dan menghalangi Ahmad Faury untuk semangat menjalani hidup dan berjuang dalam pendidikan dan menjadi seorang adamemisi.

Keadaan yang menimpa pria yang lahir pada 11 Oktober 1983 ini di Desa Pematang Gunung, Teluk Mengkudu, Serdang Begadai memang begitu banyak hambatan ataupun rintangan yang dialami. Namun Dibalik rintangan ataupun hambatan tersebut dapat memberikan motivasi untuk banyak orang, dan motivasi ataupun kisah inspiratif dari Ahmad Faury dapat disimak berikut ini.

Terlahir Dengan Kondisi Tanpa Lengan

Kondisi ketidak sempurnaan yang dialami oleh Ahmad Faury telah menimpanya sejak lahir, ia terlahir dengan kondisi fisik tanpa lengan dan jari jemari. Selain itu kondisi tanpa lengan dan jari, ia pun terlahir dengan kondisi kaki bunting sebatas betis. Anak dari pasangan Sartak (alm) dan istrinya ini adalah anak bungsu dari 7 bersaudara, dan satu-satunya anak yang dapat bertahan dihidup dari saudara-saudaranya.

Namun dengan keadaan hidup yang berat ini, tidak membuat Ahmad Faury berkecil hati, ia tetap selalu bersyukur dengan kondisi yang diterima. Ia tidak pernah merasa minder dan tetap bergaul dan berinterakasi dengan orang-orang dilingkungan, dan juga tidak membatasi diri.

Sempat Putus Asa

Meski Ahmad Faury terus berujuang dan semangat dalam menjalani hidup, ia pun pernah mengalami kondisi dimana ia merasa lelah, dan tentu banyak orang pasti tidak bisa menghelak dari keadaan ini , dan bahkan sampai ia pernah menuduh Tuhan tidak adil padanya. Perasaan kecewa dan putus asa itu sempat muncul ketika Ahmad Faury belajar di Pesantren Darul Mukhlisin, Sei Rampah, Serdang Bedagai.

Kondisi dimana ia merasa  kecewa dan putus ada itu muncul karena ia melihat banyak temannya bisa bermain bola dan ikut pramuka, sedangkan ia tidak bisa bermain bola dan tidak bisa aktif dalam kegiatan pramuka karena memang fisiknya yang tidak sempurna. Namun perasaan itu tidak lama menghantui Ahman Faury, setelah ia menuduh Allah yang tidak adil  kemudian justru tertidur. Dan setelah bangun dari tidur, ia seperti terlahir kembali dan memiliki semangat yang berlipat untuk menghadapi kehidupan.

Perjuangan Ahmad Faury Menempuh Pendidikan

Dalam menempuh pendidikan tinggi, bagi Ahmad bukanlah perkara yang mudah dan lurus dalam menjalaninya. Selain kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, kondisi fisik yang tidak sempurna juga merupakan hambatan yang sangat berat. Bahkan ketika menempuh pendidikan di Medan, ia merasa kesulitan karena semua jalan beraspal yang membuat kakinya sakit dan luka ketika berjalan. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, ia pun mempunyai inisiatif dengan memakai kaus kaki. Keinginan yang kuat serta tekad yang bulat akhirnya membawa Ahmad lulus dengan indeks prestasi komulatif yaitu 3,51.

Kejadian miris pun ia alamin ketika ia diwisuda yang dimana  Ayahnya tidak bisa menyaksikan keberhasilan anaknya karena sudah meninggal terlebih dahulu. Setelah tamat S 1, tidak membuat Ahmad berhenti di situ saja. Ia kemudian nekad untuk melanjutkan studinya pada program Magister Ilmu Hukum di Universitas Gadjah Mada. Dan lagi-lagi kabar duka yang menimpa Ahmad Faury datang dari Ibunya, yang dimana setahun setelah kuliah di UGM, Ibunya meninggal dunia.

Begitu banyak kesedihan dan perjalanan hidup yang pahit yang pernah ia jalani dan menimpanya, akhirnya Ahmad berhasil menyelesaikan pendidikannya di UGM yang akhirnya membawa Ahmad berhak menyandang gelar Lex Legum Master (LL.M.). Nah, dan setelah lulus dari UGM tersebut kemudian Ahmad Faury kembali lagi ke IAIN Sumut dan ia pun menjadi dosen di sana.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Inspiratif - Ahmad Faury, Keterbatasan Fisik Tidak Menghalangi Untuk Menjadi Dosen"

Post a Comment